Home » » Aris Merdeka Sirat dan Maya Rumantir Gagal Temui Kepsek Dian Harapan Manado

Aris Merdeka Sirat dan Maya Rumantir Gagal Temui Kepsek Dian Harapan Manado

Ditulis oleh Unknown pada hari Kamis, 12 Maret 2015 |Pukul 21.17




Ketua Komnas Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait dan anggota DPD RI Maya Rumantir hanya saat berada di luar pagar Sekolah Dian Harapan Manado, Kamis (12/3).(foto: istimewa)
MANADO – Kasus pelecehan seksual yang dialami dua siswa perempuan di Sekolah Dian Harapan Manado disikapi Komisi Nasional (Komnas) Perlidungan Anak. Ketuanya, Aris Merdeka Sirait langsung mendatangi sekolah milik Grup Lippo tersebut. Sayang dia dan anggota DPD RI, Maya Rumantir dicegat menemui pihak sekolah, Kamis, 12 Maret 2015.

Aris dan Maya Rumantir hampir 15 menit berdiri di luar pagar sekolah yang dikunci rapat sekuriti sekolah dan melarang masuk. “Kami kan datang baik-baik ke sekolah untuk mengklarifikasi pelecehan seksual yang dialami dua siswa perempuan berusia 4 dan 5 tahun. Tapi kami kecewa dengan sikap sekolah,” terang Aris.

Untung saja, Lurah Ranotana yang kantornya bersebelahan dengan sekolah itu, menerobos dan membawa masuk Aris dan Maya. Meski begitu, jalan buntu masuk ditemui karena kepsek masih belum bisa ditemui. “Kami seperti di pimpong ke sana kemari. Dengan kondisi seperti ini dapat kami pastikan pelecehan seksual telah terjadi di sekolah ini. Indikasinya pihak sekolah sangat tertutup, termasuk kami yang dating baik-baik mengklarifikasi kejadian itu,” kata Aris.

Ia berjanji akan menindaklanjuti kasus ini dengan menemui Kapolda Sulut. “Besok kami akan menemui Kapolda Sulut pukul 09.30 WITA. Kami ingin menanyakan kondisi kasus ini, apakah tersangka telah ditahan atau tidak. Besok kami cek,” ujarnya.

Maya Rumantir mengatakan sebagai anggota DPD RI sangat prihatin melihat kasus ini. “Pihak sekolah sangat tertutup. Kami saja dari DPD RI dan Komnas Perlindungan Anak sulit menemui pihak sekolah bagaimana dengan masyarakat biasa. Harusnya semua diberi kesempatan yang sama,” ujarnya.

Kasus pelecehan terhadap siswa di sekolah ini kata dia membuktikan guru tak mampu menjadi teladan terhadap siswa.

Kordinator Daerah Perempuan dan Anak Sulut, Jull Takaliuang menambahkan pihak sekolah harus transparan jika ada kasus pelecehan yang melibatkan anak. “Kami menyayangkan sikap sekolah yang tertutup. Kalau memang salah, ya oknum guru saja yang dikeluarkan. Kalau tidak, masyarakat bertanya-tanya kenapa sekolah bertaraf internasional lalu melindungi oknum guru tersebut,” papar Jull.

Diketahui kasus ini terbongkar setelah korban berusia 4 tahun mengaku kepada orang tuanya pada akhir Januari 2015. Pengakuan korban, perbuatan bejat itu dilakukan oknum guru seni, RYS alias Reonaldo (22) dalam toilet sekolah sebanyak lima kali.

Mendapat pengakuan dari anak tercinta, orang tua korban pun kemudian melaporkan kasus asusila yang dialami korban ke Polda Sulut dan meminta agar pelaku dapat diproses sesuai hukum yang berlaku.

Alhasil, ketika penyidik menyikapi laporan dari orang tua korban. Dan terbongkar pula kalau ternyata masih ada salah satu rekan korban berusia 5 tahun dicabuli oknum guru itu. Dari hasil visum alat kemaluan korban mengalami sobekan yang disebabkan dengan benda tumpul.(agust hari)
Sebarkan tulisan ini : :

News Streaming

 
www.manadosatu.com | Info Iklan | Kontak Kami | Redaksi
Copyright © 2014. manadosatu - CV.
Contact email: manadosatu@gmail.com, manadosatu@yahoo.com
Kreasi by ManadoSatu.Com Crew