![]() |
Perahu nelayan yang diledakan karena mencuri ikan.(foto: tandichan.blogspot.com) |
MANADO – Sejumlah warga keturunan Sangihe,
Sulawesi Utara yang tinggal di General Santos (Gensan) Mindanao Filipina
Selatan, mengaku resah dengan dampak sosial akibat kebijakan Menteri Perikanan
dan Kelautan, Susi Pudjiastuti. “Sejak November 2014 lalu, stok ikan segar mulai
berkurang. Kebijakan Menteri Susi memukul banyak pabrik ikan di Gensan,
sehingga berakibat pemutusan tenaga kerja warga Sangihe di sini,” kata Fransine
Wolf, warga Sangihe yang tinggal di Gensan, Filipina, dihubungi VIVA.co.id di
Sangihe, Selasa, 10 Februari 2015.
Ia mengatakan warga Filipina mulai
mengaitkan kebijakan Menteri Susi dengan keberadaan warga Sangihe di Gensan.
Kebanyakan warga Sangihe bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di kapal-kapal
ikan Filipina.
Akibat kebijakan itu, pengusaha ikan di
Filipina takut melaut di perairan Indonesia khususnya Sulut. “Banyak ABK asal
Sangihe terpaksa di rumahkan karena tidak melaut,” kata Fransine Wolf, yang
juga pendeta pelayanan di Gereja Pantekosta Gensan ini.
Senada disampaikan Pendeta Yosaphat yang
melayani Gereja Gisi di Gensan. “Ada radio swasta di Gensan mulai menyindir
kehidupan warga keturunan Sangihe di Gensan dengan perlakuan yang dianggap
kasar oleh pemerintah di Indonesia terhadap nelayan dan kapal mereka,” ujarnya.
Wakil Bupati Sangihe, Jabes Ezar Gaghana
menyampaikan Pemkab Sangihe kesulitan memulangkan warga keturanan Sangihe di
Filipina. “Selain mereka hampir 20 ribu orang, kami juga kesulitan melakukan
pendataan. Saat ini kami sedang berkoordinasi dengan Pemprov Sulut bagaimana caranya
untuk memulangkan mereka yang mayoritas bekerja di kapal-kapal ikan,” kata
Jabes.(agust hari)