Salah seorang personil dari Perkumpulan Manengkel Solidaritas sedang melakukan survei.(foto: istimewa) |
MANADO – Perkumpulan Manengkel Solidaritas
selama tiga bulan melakukan survei ekologi di Desa Bahoi, Talise dan Lihunu,
Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Survei
ekologi terdiri dari survey mangrove, padang lamun, karang dan ikan. Untuk
pembagian waktu survey di lapangan dibagi berdasarkan perubahan pasang surut.
Pada saat air pasang survei difokuskan ke mangrove dan ikan dan pada saat air
surut survei dilakukan di padang lamun dan karang.
Menurut Ketua Perkumpulan Manengkel
Solidaritas, Efra Wantah secara geografis Desa Lihunu, Desa Talise dan Desa
Bahoi memiliki ekosistem pesisir yang lengkap mulai dari ekosistem mangrove,
ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang. “Tiga desa ini memiliki daerah
perlindungan laut (DPL) yang dikelola masyarakat sekaligus berfungsi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian potensi pesisirnya yang sangat
cocok dijadikan lokasi ekowisata, sehingga sangat layak dan perlu untuk
dilakukan kajian ekologis yang meliputi ketiga ekosistem di tiga desa tersebut,”
ujar Efra.
Ia menyebutkan guna melihat perubahan dan
hubungan antara mangrove, seagrass dan karang, maka survei ekologi merupakan
salah satu tool yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. “Survei dilakukan
bersama dengan masyarakat setiap triwulan,” tambahnya.
Sementara itu, Koordinator Konservasi Rio
Puasa mengatakan survey ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai kondisi
terkini tutupan dan kondisi ekosistem mangrove, ekosistim lamun dan ekosistem
terumbu karang serta mendapatkan informasi mengenai kelimpahan dan biomassa
ikan karang. “Jadwal kegiatan pemantauan ekosistem pesisir 9-14 Februari lalu.
Jumlah personil yang terlibat dalam monitoring ini sebanyak 8 orang. 2 orang
tenaga bantu dari PKSPL-IPB Bogor,” katanya. (agust hari)